Tuesday, April 30, 2013

Ranting anggur yang mesti berbuah

Mangga di pekarangan kami seharusnya sudah lama berbuah. Tapi bunganya selalu gugur. Petugas pertanian menyarankan supaya diberi pupuk buah. Sesudah dipupuk ternyata benar. Buah bermunculan. Tapi lagi-lagi sial. Angin bertiup sangat kencang sampai-sampai pohon bertumbangan. Dahan mangga yang paling lebat buahnya patah. Buah yang masih muda tak berguna. Cabang yang patah pun tak ada gunanya lagi, selain jadi kayu api. Tapi tanam mangga bukan untuk kayu api, bukan? 

Yoh 15:1-8 berbicara tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya. Ranting hanya bisa berbuah kalau tetap bersatu dengan pokoknya. Ranting yang berbuah dibersihkan supaya lebih banyak lagi buahnya. Tapi ranting yang tidak berbuah dipotong dan dibuang. Ini suatu kiasan. Yesus langsung menjelaskan kiasan itu. Dialah pokok anggur. Tentu bukan seperti pokok anggur seperti yang dinyatakan dalam Yer 2:21. Walaupun pada awalnya adalah pokok anggur pilihan, tapi berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar. Yesus adalah pokok anggur yang benar. Kita adalah ranting-ranting. Yesus menghendaki agar setiap pengikut-Nya menghasilkan buah-buah dalam kehidupan. Buah yang diharapkan tentulah kesucian hidup karena setia dan patuh pada perintah-Nya. Perintah yang mana? Apa lagi, kalau bukan hukum kasih (Yoh 15:12-17)? 

Perlu kita ingat! Kasih melawan arus cinta diri. Kasih bukan berpusat diri kita atau golongan kita sendiri tapi terarah kepada orang lain dan hanya mengejar kepentingan mereka. St Paulus yang hidup dari semangat Kristus, telah mengungkapkan penghayatan dan pelaksanaan kasihnya dalam 1Kor 13:1-7. Kemudian St Fransiskus menuangkannya dalam madah pembawa damai. Kita tinggal melaksanakannya. Siapa bilang gampang? Kalau kita mau berbuah, maka tak ada alternatip. Jika tidak, maka kita pasti dipotong oleh Bapa dari pokok anggur yang benar. Siapa mau? 01052013

No comments:

Post a Comment