Friday, April 5, 2013

TUHAN Selalu Beserta Kita

Kadang-kadang hidup ini terasa hampa. Rasa jenuh, bosan, malas, bahkan frustrasi bercampur aduk. Acara mandi pagi pada jam tertentu, molor. Bisa-bisa sampai jam 09.00. Bahkan tidak mandi sama sekali. Putar musik keras-keras pun tidak menolong apa-apa. Batin tetap kosong. Kita kesepian di tengah keramaian. Lalu bagaimana? Harus tekun melakukan sesuatu. Kalau tidak, maka hari ini merupakan hari yang paling menyiksa hidup. 

Suasana seperti ini sangat kentara terasa dalam Yoh 21:1-14. Yesus, guru mereka sudah mati. Memang sudah dua kali Ia menampakkan diri. Tapi tidak seperti biasa lagi. Mereka tidak dibawa-Nya berkeliling sambil berbuat baik. Rasa kehilangan Tuhan membuat mereka patah semangat. Hidup tak bergairah lagi. Untung Petrus mengambil prakarsa. “Aku pergi menangkap ikan” (Yoh 21:3). Yang lain seperti anak kecil berteriak: “Kami juga pergi dengan engkau” (Yoh 21:3). Tapi sialan! Mereka tidak menangkap apa-apa. Yesus menyuruh supaya buang jala di sebelah kanan. Mereka ikut. Hasilnya, luar biasa. Banyak sekali ikan yang ditangkap. Murid yang dikasihi Tuhan langsung berteriak: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Bersama dengan Tuhan, hari sial menjadi keberuntungan. Bosan berubah menjadi rileks. Mereka sarapan di pinggir pantai seperti piknik bersama Tuhan. Itu pengalaman para rasul minus Yudas. 

Lalu pengalaman kita? Tuhan pasti menyertai kita selalu. Tidak hanya waktu senang. Tapi juga waktu susah. Tidak peduli entah hari yang membosankan atau yang menggairahkan. Itu adalah janji Tuhan sendiri (bdk Mat 28:20). Tetapi kita tidak seperti murid yang dikasihi Tuhan. Kita tidak cekatan menangkap tanda-tanda kehadiran Tuhan. Apakah arti kehadiran Tuhan, kalau bukan untuk menyelamatkan kita? Tapi kita lebih mengandalkan daya nalar dan kekuatan kita sendiri. Tatkala daya nalar dan tenaga kita tak sanggup lagi, maka kita loyo, patah semangat dan frustrasi. Kita juga tidak cepat berinisiatip melakukan sesuatu secara serius seperti Petrus. Kita terperangkap dalam kejenuhan dan frustrasi. Akibatnya, marah-marah tanpa alasan. Atau ke luar rumah entah ke mana. Siapa tahu, di luar sana, kecelakaan atau maut sedang mengintai? Apakah salah Tuhan, karena kita terperangkap dalam kejenuhan dan kebosanan hidup? 05042013

No comments:

Post a Comment