Tuesday, June 25, 2013

Menyangkal diri, Memikul Salib dan Mengikuti Aku

“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Itulah salah satu warisan kebijaksanaan leluhur kita. Peninggalan kuno, tapi tetap luhur. Tidak akan luntur. Maksudnya jelas sekali. Tak ada jalan tol menuju kebahagiaan sejati. Harus dicapai dengan jerih payah. Perlu perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. 

Hal yang sama juga disampaikan Yesus kepada kita dalam Luk 9:18-26. Mula-mula Ia bertanya kepada para murid, apa kata orang banyak. Siapakah Dia? Semua orang sepakat. Yesus itu Yohanes Pembaptis, atau Elia, pokoknya jelmaan salah seorang nabi besar dari zaman dahulu. Itu kata orang. Lalu apa kata para murid? Seperti biasa, Petrus angkat bicara, mewakili rekan-rekannya, “Mesias dari Allah” (Luk 9:20). Dalam tradisi kepercayaan orang Yahudi, Mesias adalah orang yang diurapi, yakni raja dan imam. Ia menjadi juruselamat bangsanya. Yesus melarang keras para murid-Nya. Tidak boleh menyampaikannya kepada siapa pun. Lalu Ia sendiri menyatakan jati diri-Nya. “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk 9:22). Suatu pernyataan yang sama sekali tidak bijaksana dalam rangka menjaring banyak pengikut, bukan? 

Siapa mau mengikuti pemimpin yang konyol begini? Tapi itulah jati diri-Nya. Ia tidak bisa menyangkal diri-Nya sendiri. Ia bukan penjual obat yang berbual supaya cepat laku. Belum cukup. Ia berkata kepada semua orang: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, mengikut salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9: 23). Mengikut Dia? Untuk apa kalau hanya menanggung beban penderitaan? Kecenderungan kita ialah mencari kebahagiaan. Kalau ada jalan pintas, mengapa tidak? Bukan memikul beban hidup setiap hari. Tapi apa kata-Nya tentang kebahagiaan yang kita kejar? “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk 9:25) Bukankah inilah kebenaran yang kita saksikan setiap hari? Para koruptor, yang ngebut di jalan tol kebahagiaan akhirnya terjerumus di jurang kehancuran. Semua harta kekayaan disita, rahasia pribadi seperti kawan selingkuhan, yang kecipratan uang haram, dibongkar. Benarkan firman dalam Luk 9:25? Lalu kita? 23062013

No comments:

Post a Comment