Thursday, June 13, 2013

Percuma, Ibadat Tanpa Kasih Persaudaraan!

Keduanya sangat akrab. Selalu terlihat bersama ke gereja dan ke kampus. Sering bersenda gurau dan suka koment tingkah laku orang lain. Tetapi seminggu terakhir ini lain sekali. Masing-masing berjalan sendiri. Kadang-kadang ditemani orang lain ke gereja dan ke kampus. Ternyata sudah tidak rukun lagi. Alasannya sangat sepele. Yang satu kedatangan pacar, sehingga tidak bisa bersama ke mall. Pada hal sebelumnya memang sudah sepakat. Akibatnya? Ya, itu tadi. Marah dan tidak bertegur sapa lagi karena tidak setia janji. Kasihan ya? 

Persoalan sepele bisa menghancurkan persahabatan yang sudah lama terjalin. Tentu masing-masing menunggu. Siapa yang lebih dulu meminta maaf. Sementara itu pasti tak terlintas sedetik pun, apa yang dikatakan Tuhan dalam Mat 5:23-26. Kalau teringat, maka hati pasti tak tentram bila ke gereja. Mengapa? Tuhan berfirman: “Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan altar dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5: 23-24). 

Jelas sekali, bukan? Doa dan persembahan kepada Tuhan tidak boleh dipisahkan dari kasih persaudaraan. Percuma, ibadat tanpa kasih persaudaraan. Sebab itu kasih persaudaraan harus didahulukan. Bagaimana mungkin kita memohon ampun kepada Tuhan dan menghormati-Nya apabila kita ingat ada orang sakit hati karena kata-kata dan ulah kita? Perdamaian dengan sesama tidak boleh ditunda sampai orang lain berdamai dengan kita, sebab kitalah yang benar. Sebagai pengikut Kristus, kita harus mengambil prakarsa untuk melakukan rekonsiliasi, sebelum keadaan bertambah parah. Dengan merendahkan hati, kita tidak akan menjadi hina di mata Tuhan dan sesama. Sebaliknya hati kita akan berbunga-bunga mendengarkan firman: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Kita akan mengalami hubungan damai dengan Allah, yakni hubungan kasih antara anak dengan Bapa dan dengan saudara/I se-Bapa. Kalau begitu, mengapa biarkan dendam merusak hati sendiri dan hubungan antar kita dalam keluarga dan dalam pergaulan dengan sesama? 13062013

No comments:

Post a Comment