Friday, June 21, 2013

Semakin diminum, Semakin Haus

Belasan tahun sudah lewat. Waktu itu ia sedang di puncak kejayaan. Jadi kepala dinas di lingkungan Pemda Propinsi. Usianya masih terhitung muda. Di sore itu, ketika saya berkunjung, ia sedang memberi petunjuk kepada tukang. Mereka sedang memperluas rumah pribadinya. Pada hal rumah itu sudah lumayan luas. Katanya agar nyaman bagi anak-anak yang membawa teman-temannya ke rumah. Dari rekan-rekan kerjanya saya tahu bahwa ia juga sudah membangun empat buah rumah untuk keempat puteranya. Beberapa minggu lalu saya mengunjunginya lagi. Rumah yang luas itu sekarang seperti tak bertuan. Sunyi sekali. Ternyata bapa itu sudah stroke. Jalannya sudah susah. Harus dipapah. Saya terkejut melihat keadaannya. Semua anaknya kuliah di Jawa. Sekarang sudah dapat kerja. Tiga di antaranya sudah berkeluarga. Anak yang keempat kerja di perkebunan sawit di Kalimantan. Tidak ada berita sejak perpindahannya ke Kalimantan. 

Membaca dan menyimak firman Tuhan dalam Mat 6: 19-20. “Janganlah kamu mengumpul harta di bumi: di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar dan mencurinya” saya teringat akan bapa itu. Apa gunanya punya rumah mewah yang luas tapi terasing dalam kesepian? Lalu bagaimana dengan rumah untuk anak-anak itu? Siapa yang tinggal? Mubasir. Hanya membuang-buang uang saja. Uang dan harta kekayaan dianugerahkan Tuhan untuk mendukung hidup yang layak. Tapi dapat juga disalah-gunakan. Bukankah itulah yang tengah dipertontonkan para koruptor dan penimbun kekayaan? Sama seperti minum air laut. Makin diminum makin haus. Selagi kehausan, kita akan mati rasa setia kawan terhadap sesama yang menderita. Lalu di manakah kepedulian sosial kita? Jika demikian maka sulitlah bagi kita untuk mengumpulkan harta di surga, bukan? 21062013

No comments:

Post a Comment