Tuesday, June 11, 2013

Siapa Tak Ingin Makin Sempurna?

Ada aneka pengalaman di tempat pengakuan. Ada yang menyebut dosa seadanya. Saya melawan hukum keempat banyak kali, hukum kelima tidak pernah, hukum keenam tiga kali dan seterusnya. Mengaku dosa seperti ini tidak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Mereka mengaku dosa secara dangkal, bergaya farisi dan ahli Taurat, yakni melawan apa yang tertulis dalam kesepuluh perintah Tuhan. Ada juga yang membenarkan diri dan mengaku dosa suami atau isteri. Katanya, mau menang sendiri. Tidak mau mendengarkan sedikit pun. Akibatnya tak ada kedamaian dalam keluarga. Tak ada bedanya dengan farisi yang menghitung-hitung kebajikannya di hadapan Allah sambil menuding pemungut cukai di belakangnya.Tetapi ada juga sampai menangis tersedu-sedu seperti Petrus di halaman imam agung Hanas. Mereka melihat Tuhan begitu baik terhadap dirinya. Pada hal mereka sendiri begitu hina tapi berani menyangkal-Nya ala Petrus bahkan mengkhianati-Nya seperti Yudas. 

Rupanya inilah yang mau dikatakan Yesus dalam Mat 5: 17-19. Hidup kita jangan hanya mendatar saja. Tapi harus lebih mendalam dan lebih bermakna. Ia berbicara tentang pelaksanaan hukum Taurat. Hukum Taurat tidak akan dibatalkan sampai kapan pun. Tidak boleh dihilangkan walau sekecil apa pun. Lewat hukum itulah Allah menyatakan belas kasih-Nya. Itulah yang menjadi jiwa hukum. Tanpa melihat belas kasih Allah, maka hukum menjadi alat penyiksaan yang kejam. Orang yang ingin hidup sebagai anak Allah akan berusaha menjadi lebih sempurna dari pada orang Farisi. Mereka bertekun melaksanakan hukum, hanya sebagai kewajiban lahiriah. Dengan menunjukkan jiwa atau roh hukum itu, Yesus mau memberikan hukum yang sempurna. Tetapi banyak yang salah menafsirkan kata-kata Yesus. Menurut mereka, lebih baik agama jangan menuntut macam-macam dan lebih banyak lagi memberikan kemudahan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan, orang yang tidak mau melaksanakan seluruh hukum tidak akan masuk surga. Begitu juga dengan orang yang mencari pembenaran atas kemalasannya lalu mengatakan bahwa hukum kurang penting. Tapi kepada mereka yang siap menaati hukum, Yesus menunjukkan jiwa hukum sebenarnya. Dengan demikian melaksanakan hukum, bukan sama dengan memikul beban yang sangat berat, melainkan mengikuti kehendak Bapa yang berbelas kasih. Bagi mereka seperti inilah Injil memang merupakan jalan yang tak mudah, tapi tetap menjadi panggilan untuk lebih sempurna. Siapa tak mau makin sempurna? 12061013

No comments:

Post a Comment