Saturday, June 29, 2013

Si Batu Karang: Petrus

Hiruk pikuk kampanye sudah selesai. Pemenang sudah jelas. Tugas ke depan ialah bagaimana mengatur barisan pimpinan. Pasti ada wajah baru. Yang berseberangan dalam kampanye, tidak “dipakai” lagi, sebab tidak loyal. Itu terjadi di mana-mana. Alasan yang biasanya dilontarkan tentu bukan itu. Bukan juga sebaliknya, ialah balas jasa. Yang biasa terdengar ialah pernyataan basa-basi. Demi efektifitas pemerintahan. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi semua orang tahu. Ada unsur balas dendam. Lawan politik biasanya diberi tempat “terhormat” dalam kumpulan staf ahli. 

Kenyataan ini berbeda sekali dengan Mat 16:13-19. Petrus mengakui Yesus bukan sebagai salah seorang nabi besar, seperti kata orang. Tapi “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16: 16). Spontan saja Yesus menyampaikan proficiat kepada Petrus: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus” (16:17). Alasannya bukan terletak pada jawabannya yang tepat. Tapi Bapalah yang menyatakan itu kepadanya. Lalu menyusullah pengakuan Yesus terhadap Simon. “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus” (batu karang). Tidak hanya sebuah pengakuan kosong. Tapi disusul dengan sebuah janjii: “dan di atas batu karang ini AKu akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18). Tidak hanya itu. Yesus menjanjikan juga penyerahan kunci Kerajaan, dengan kuasa untuk mengikat dan melepaskan, yang berlaku juga bagi Allah. 

Kepercayaan luarbiasa besar, bukan? Tapi apa yang terjadi belakangan? Tidak akan terhapus dari catatan Kitab Suci. Si batu karang ternyata goyang juga. Tiga kali Petrus menyangkal mengenal Yesus yang begitu percaya kepadanya. Tragisnya dijatuhkan pertama kali oleh seorang hamba wanita, di saat Yesus begitu menderita. Beginikah Petrus yang diandalkan itu? Apa jadinya dengan jemaat yang didirikan di atasnya? Yesus harus merevisinya. Itu menurut kita. Ternyata tidak. Yesus memang tahu kelemahan itu. Ia tidak tinggal diam. “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu’ (Luk 22:32). Terbukti ‘kan? Selanjutnya Petrus tampil gagah perkasa dalam kotbah pada hari Pentekosta. Tiga ribuan orang bertobat dan minta dibaptis (Kis 2:14-42). Selanjutnya ia mati disalib demi Tuhannya, dengan kepala ke bawah. Tuhan percaya bukan hanya kepada Petrus. Tapi juga kepada kita masing-masing dengan keunikannya. Tidak terpikir untuk menariknya kembali, ketika kita jatuh. Kesempatan untuk bangkit kembali tetap diberikan-Nya. Lalu bagaimana dengan kita? 29062013

No comments:

Post a Comment