Tuesday, June 25, 2013

Mengabdi Kepada Dua Tuan?

Sesudah pembinaan di instansi itu beberapa orang PNS menemui saya. Yang Romo omong tadi benar. Tapi kami juga harus menjaga piring nasi kami, Romo. Salah-salah kami bia dipecat, jika tidak loyal. Benar, kata saya. Kita harus loyal. Selama kita loyal pada kebenaran, kita tidak akan dipersalahkan. Demikian saya tandaskan lagi. Sebaliknya jika kita turut bekerja sama untuk menggoalkan suatu kecurangan yang merugikan kepentingan umum, kita tidak akan selamat. Secara ekonomis kita mungkin beruntung. Tapi sesungguhnya kita akan terus-menerus diusik dan digugat hati nurani kita. Kita tetap merasa bersalah dan tidak tentram. Masa, sebagian besar uang proyek dipakai untuk pernikahan anak Kepala Dinas. Proyek sendiri mendapat jatah tidak sampai separuh dana. Selebihnya menjadi uang tutup mulut para pegawai. Lalu kamu membuat kwitansi fiktip, sebagai alat bukti penyaluran uang proyek. Bagaimana mungkin kamu dapat menjadi saksi iman di instansi ini kalau kamu menutup mulut? Romo, omong tentang iman itu nanti di gereja saja. 

Benarlah apa yang dikatakan dalam Mat 6:24: “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. Yesus memberikan peringatan dini akan bahaya kebutaan nurani yang dapat menyesatkan kita. Pada hal hati kita adalah tempat nilai-nilai luhur, bukan? Tetapi mata hati kita dapat dibutakan oleh mulut manis si lidah buaya, harta dan uang. Bila diombang-ambing oleh bujuk rayuan dan tergiur oleh mumpung ada kesempatan, maka kita goyah dan jatuh. Kita harus memilih antara taat kepada Allah yang mencintai kita atau mendewakan uang dan harta. Uang dan harta menjanjikan kebahagiaan dan keamanan di masa depan, tapi merampok kekayaan kita sekarang ini, bukan? Tidak percaya? Demi mengejar uang kita tak dapat hidup jujur dan bebas. Kita merusak perkembangan pribadi dan kehidupan keluarga. Kita tak berkutik di depan kejahatan dan dusta. Mana mungkin kita mau mengenal sesama yang menderita, sementara kita menjilat penguasa? Lalu Tuhan yang sabar dan setia mencari kita yang sedang tersesat mau diapakan, ya? 22062013

No comments:

Post a Comment