Thursday, June 27, 2013

Beranikah Kita Mendekati dan Menjamah DIA?

Saya melayani sebuah stasi di pedalaman. Pernah saya omong-omong dengan ketua stasi tentang keadaan umat. Ia berceritera apa adanya. Ia menyesal. Ibu yang dulu jadi koster, sudah setahun ini tidak lagi ke gereja. Itu terjadi sejak suaminya meninggal. Pada hal dia rajin sekali dan tertib. Dia juga yang latih putra-putri altar. Kedua anaknya masih ke gereja. Sesudah perayaan Ekaristi saya mengunjunginya. Dia terkejut sebab tidak mengira sama sekali. Jelas terlihat dia belum mandi juga. Sementara omong-omong, anak nonanya berbicara dalam bahasa daerah. Saya tidak mengerti. Ternyata anaknya menegur dia. Masa, omong dengan pastor dalam keadaan seperti itu. Rasanya tidak layak. 

Yang dialami Yesus dalam Mat 8:1-4 jauh lebih hebat. Seorang kusta menemui-Nya. Pada hal yang mengidap kusta adalah najis. Harus dihindari oleh setiap umat. Apalagi memasuki wilayah kudus seperti Bait Allah. Mereka dikucilkan dari pergaulan orang Israel. Tetapi orang kusta yang satu ini sangat berani . Ia tidak hanya memasuki wilayah kudus. Tapi ia langsung mendekati Yang “kudus Anak Allah” (Luk 1:35). Tidak hanya itu. ia mengajukan sebuah permohonan yang sederhana. “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (Mat 8: 2). Tidak bertele-tele. Reaksi Yesus? Seketika itu juga, “Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: Aku mau, jadilah engkau tahir” (Mat 8:3). Luar biasa bukan? Yesus tidak sok suci seperti semua orang Israel yang menghindari orang kusta. Ia tidak hanya rela didekati, tapi Ia mengulurkan tangan-Nya dan menjamah si najis itu. Sesungguhnya kita juga adalah penderita kusta rohani. Kita adalah orang-orang berdosa. Tak ada seorang pun yang suci murni. ada yang dosanya diketahui umum. ada juga yang tertutup rapih. tapi Tuhan tahu semuanya. Beranikah kita seperti si kusta dalam Injil ini untuk mendekati Yesus dan memohon yang sama? Ataukah kita justru menghidari Sakramen Pengakuan dengan berbagai alasan? 28062013

No comments:

Post a Comment