Tuesday, June 25, 2013

Mulutmu harimaumu

Mulutmu adalah harimaumu. Ada yang mengatakan buaya. Harimau atau buaya sama saja. Maksudnya jelas. Suatu peringatan dini, agar berhati-hati dengan tutur kata kita. Bisa-bisa menjadi kontra produktip. Malah jadi bumerang. Ingat kampanye di tahun 2009, bukan? Semua yang berkampanye beramai-ramai mengambil hati pemilih. Ada yang berteriak, “Katakan tidak pada korupsi”! Apa jadinya? Korupsi jualah yang menjebloskannya ke dalam penjara. Benarkan, mulutmu adalah harimaumu? 

Dalam Mat 7: 6, Yesus pun memperingatkan para pengikut-Nya: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu”. Para pengikut, khususnya yang berada di tengah musuh umat Tuhan, jangan mengobral kata-kata mutiara keselamatan. Kita perlu belajar dari pengalaman Rasul Paulus di Areopagus (Kis 17:29-34). Gaya bicaranya sangat memikat pendengar. Ia berbicara tentang apa yang mereka sembah, tanpa mengenalnya. Dialah Allah, pencipta langit dan bumi. Ia tidak berdiam dalam kuil dan dilayani manusia. Pendengar sangat entusias. Tapi ketika ia menampilkan kebenaran bahwa Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, apa reaksi orang Areopagus? Ada yang mengejeknya. Yang lain meninggalkannya. “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu” (Kis 17:32). Biarlah sedikit benih kesaksian yang ditaburkan. Ia akan bertumbuh perlahan-lahan. Pasti menjadi pohon yang besar dan rindang. Seperti biji sesawi (Mat 13:31-32), bukan? Tapi jangan karena takut, lalu membenamkan benih itu di hati sendiri (bdk Mat 25:18). Kita pun harus menjadi saksi (bdk Kis 1:8), bukan? 25062013

No comments:

Post a Comment