Tuesday, June 25, 2013

Apakah Kita Percaya?

Masa penantian kami seperti tak berujung. Mohon doakan kami dalam perayaan Ekaristi berulang kali, Romo. Sudah diperiksa banyak ahli kandungan dan berobat ke banyak dokter. Sudah pakai juga ramuan tradisional. Pergi ke orang pintar dari satu tempat ke tempat yang lain. Pancing dengan angkat anak. Semua usaha tidak berhasil. Akhirnya kami pasrah saja. Rupanya ini menjadi salib keluarga kami, Romo. Begitulah ceritera suami isteri yang tak dikarunia anak dalam pernikahannya itu. Tapi masih jelas terasa ada kerinduan yang besar untuk mendapatkan anak dari rahim sendiri. 

Pengalaman ini mirip dengan Zakaria dan Elisabet, bukan? Berbagai usaha dan daya upaya tentu sudah ditempu. Tak berhasil juga. Keduanya sudah lanjut usia. Sudah tidak ada harapan lagi. Tetapi justru pada saat itu datang malaekat Tuhan. Ia berbicara dengan sangat pasti. Zakaria dan isterinya dikaruniai seorang anak laki-laki. Tapi Zakaria tidak percaya. “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal itu akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya” (Luk 1:18). Akibatnya ia menjadi bisu sampai anak itu lahir. Untuk memastikan nama anaknya pun dia harus menulisnya pada sebuah batu tulis (bdk Luk 1:63). Kebesaran Tuhan memang tak dapat ditangkap seluruhnya oleh daya nalar kita. Ada banyak peristiwa serupa terjadi di sekitar kita. Tetapi kita tak dapat mengerti, bukan? Tidak cocok dengan analisa ilmiah, biarpun dibantu dengan IT sekalipun. Tapi tak bisa disangkal. Sudah terjadi dan semua orang tahu itu. Kenyataan ini seharusnya membuka ruang untuk iman kepercayaan kita akan Allah. Persoalannya, apakah kita percaya? 24062013

No comments:

Post a Comment