Friday, June 14, 2013

Jika Ya, Katakan Ya!

Kapal baru saja sandar di pelabuhan. Calon penumpang, pengantar, penjemput dan buruh pelabuhan sudah berdesakan di gerbang masuk pelabuhan. Sudah tidak sabar lagi. Maklum, sudah lama menunggu. Empat orang polisi berjaga di muka gerbang. Di tengah orang yang berdesakan itu, seorang bapa mendekati saya. Rambutnya sudah ubanan. Gayanya seperti sudah lama berkenalan. Oh, ini orang saya, katanya. Tapi orang-orang yang mengenalnya, segera bereaksi. Ada yang mengatakan, hati-hati Romo, itu penipu. Jangan percaya. Yang lain berteriak, jaga, lidah buaya itu. Yang lain lagi marah. He, kalau mau tipu, tipu saja orang lain. Itu Romo. Kau kira itu sembarang orang barangkali! Pada halnya ia belum sempat mengatakan apa maunya. Begitulah nasib orang yang terkenal sebagai penipu. Ke mana-mana orang tak percaya. 

Dalam Mat 5:33-37, Yesus memperingatkan para pengikut-Nya, jangan pernah bersumpah. “Jika ya, hendaknya kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat 5:37). Kata yang diucapkan haruslah sesuai dengan kenyataan. Itu berarti cocok dengan niat di hati. Tidak tipu, bukan? Sebab itu jangan obral senyum untuk menyembunyikan niat yang jahat. Tidak perlu bersilat lidah atau mencari-cari celah hukum untuk membela kebohongan. Tuhan tahu semuanya. Lalu bagaimana dengan kita? Kita berusaha meyakinkan orang tentang kebenaran dan kesungguhan kita. Untuk lebih meyakinkan lagi, kita berani mengangkat sumpah. Kita memanggil Tuhan menjadi saksi waktu pelantikan menjadi pejabat publik, atau sebelum menjadi saksi di pengadilan. Kita pun bersumpah setia di depan altar sebagai imam, biarawan-biarawati atau suami isteri. Suatu tindakan yang sangat berani, bukan? Selanjutnya, Tuhan masih tetap menjadi saksi sepanjang hidup, entah kita setia atau tidak pada janji dan sumpah kita. Tuhan tentu memaafkan kita bila kita jatuh. Tapi masyarakat luas? Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya. Makanya, benahi hati supaya selalu ke luar yang murni dan tulus. Kuatkan kehendak agar menolak kebohongan dalam perkataan dan perbuatan kita. Tiap kata dan perbuatan harus dipertanggung jawabkan, bukan? 15062013

No comments:

Post a Comment