Friday, April 5, 2013

Paskah: Meninggalkan "Kebiasaan" Lama

Tokoh yang satu ini sangat nyentrik. Mau tidak mau menarik perhatian. Dialah satu-satunya murid yang berani protes Guru dan Tuhannya. Waktu Yesus membasuh kaki semua murid, Yudas tidak protes. Yang lain pasrah saja. Tapi Petrus protes. Masa, Guru dan Tuhannya mau membasuh kakinya? Dia saja tidak buat. Bukankah itu tugas para hamba? Tidak hanya itu. Semuanya sedang galau. Salah satu di antara mereka akan mengkhianati Gurunya. Tapi belum tahu siapa. Dia memberi isyarat kepada murid yang dikasihi Tuhan. Entah dengan kedipan mata, jari tangan atau dengan angkat kepala, pokonya tanya segera. Siapa itu? 

Ketika Yesus mengatakan: “Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang” (Yoh 13:13), yang lain tidak bereakasi. Tetapi Petrus tidak bisa diam. Dia bersoal jawab dengan Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” (Yoh 13:16) Yesus tidak memberikan jawaban langsung: “Engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku” (Yoh 13:37). Mengapa tidak sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu. Yesus menyindirnya. Bahkan Yesus menegaskan, sebelum ayam berkokok, ia sudah tiga kali menyangkal-Nya.Tetapi Petrus pemberani. Itu dia buktikan di Taman Getsemani. Gerombolan orang Yahudi mau menangkap Yesus. Petrus maju seorang diri. Ia menyerang. Telinga Malkhus, hamba Imam Agung jadi bukti (bdk Yoh 18:10). Unjuk keberanian Petrus berakhir di sini. Selanjutnya dia sangat lemah dan tak berdaya. Seorang hamba perempuan mengamat-amatinya. Sambil menunjuk kepadanya ia berkata bahwa Petrus juga murid Yesus. Rupanya Petrus ketakutan. Ia menyangkal. Secara beruntun sampai tiga kali ia tidak mengenal Yesus. Ketika matanya melihat Yesus, hatinya hancur. Ia menangis dan meninggalkan tempat itu dengan sedih. Itulah sosok Petrus ‘lama’ sebelum Yesus dibangkitkan. Dia cuma jago kandang, sangat berani di kalangannya sendiri. Tetapi di tengah orang lain, nyalinya hilang. Ia tidak berkutik. Setelah Yesus bangkit, ia menjadi Petrus ‘baru’. Aslinya muncul kembali. Bahkan lebih hebat lagi. Para rasul lain tidak percaya. Para wanita baru pulang dari makam. Kubur kosong. Yesus sudah bangkit. Petrus cepat-cepat lari dan cek di tempat. Benar seperti dikatakan para wanita. Ia sendiri keheranan. “Apa kiranya yang telah terjadi” (Luk 24:13). Setelah Yesus menampakkan diri kepadanya, ia lebih berani lagi. Ia tampil gagah berani memberikan kesaksian di muka umum. Yesus yang dibunuh dan disalibkan telah dibangkitkan Allah. Allah telah membuat-Nya menjadi Tuhan dan Kristus. Ia juga berani memberi kesaksian yang sama di hadapan mahkamah agama. Tidak ada tanda sedikit pun Petrus ‘lama’. 

Lalu kita? Sudah rayakan Paskah, kebangkitan Tuhan. Kalau kita masih tetap kembali ke kebiasaan lama kita, entah itu mabuk, judi, korupsi, atau masuk kantor lalu ngobrol atau cari Koran, malas tahu tentang nasib orang kecil dan lain-lain, kita sesungguhnya masih seperti yang dulu. Perayaan Paskah cuma upacara peringatan peristiwa yang sudah lama lalu. Apa dampaknya untuk hidup ke depan? 03042013

No comments:

Post a Comment