Tuesday, April 9, 2013

Berani Bersaksi tentang Iman

Saya berceritera tentang luas dan panjangnya padang pasir yang terbentang antara Mesir dan Tanah Suci. Bisa dibayangkan, sulitnya perjalanan Musa dan umat Israel waktu itu. Siang, matahari panas terik. Pasir juga pasti panas sekali. Tidak ada satu pohon pun untuk berteduh. Sebaliknya malam, dingin luar biasa. Mereka berjalan dalam rombongan yang besar. Pasti ada orang yang sudah lanjut usia, ibu-ibu hamil atau yang sedang menetek bayi, dan orang sakit. Tidak heran orang Israel berontak melawan Musa. Dari mana mendapat air dan makanan? Romo ini, macam ke tahu-tahu saja. Begitulah sela seorang teman yang baru bergabung. Memang, Romo kan baru pulang dari Tanah Suci. Demikian jawab salah seorang teman yang sedang asyik mendengar. 

Agak mirip dengan situasi pembicaraan Yesus dengan Nikodemus dalam Yoh 3:7-15. Yesus berbicara tentang apa yang diketahui-Nya dari Bapa. Dia memberi kesaksian tentang apa yang Dia lihat pada Bapa. Ia menyampaikan firman dan ajaran Bapa (Yoh 3:34; 8:28). Ia sendiri adalah firman itu (Yoh 1:1, 14). Tetapi orang Israel tidak percaya. Bicara tentang hal ihwal duniawi saja, orang tidak percaya. Apalagi kalau hal-hal surgawi? Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:17), untuk melawan dunia (Yoh 7:7) dan membela Bapa serta diri-Nya sendiri sebagai utusan Bapa (Yoh 3:11, 31-32). Pada gilirannya Bapa memberi kesaksian membela Anak (Yoh 5:31-37; 8:18). 

Bukankah ini pun menjadi tantangan bagi kita sekarang di Indonesia? Kita hidup dalam masyarakat majemuk. Bagaimana kita dapat memberi kesaksian tentang iman kepercayaan kita, tentang Kristus dan Bapa? Bukankah kita merasa risi dan kikuk berhadapan dengan golongan lain? Pada akhirnya bisa ditebak: kita menjadi apatis, atau menjadi sangat fanatik, bukan? Tidak tertutup kemungkinan, akhirnya kita pindah agama. Maka jauh lebih bijak, bila kita tekun mendalami iman kita agar dapat bersaksi. 09042013

No comments:

Post a Comment