Saya berceritera tentang luas dan panjangnya
padang pasir yang terbentang antara Mesir dan Tanah Suci. Bisa
dibayangkan, sulitnya perjalanan Musa dan umat Israel waktu itu. Siang,
matahari panas terik. Pasir juga pasti panas sekali. Tidak ada satu
pohon pun untuk berteduh. Sebaliknya malam, dingin luar biasa. Mereka
berjalan dalam rombongan yang besar. Pasti ada orang yang sudah lanjut
usia, ibu-ibu hamil atau yang sedang
menetek bayi, dan orang sakit. Tidak heran orang Israel berontak melawan
Musa. Dari mana mendapat air dan makanan? Romo ini, macam ke tahu-tahu
saja. Begitulah sela seorang teman yang baru bergabung. Memang, Romo kan
baru pulang dari Tanah Suci. Demikian jawab salah seorang teman yang
sedang asyik mendengar.
Agak mirip dengan situasi pembicaraan Yesus dengan Nikodemus dalam Yoh 3:7-15. Yesus berbicara tentang apa yang diketahui-Nya dari Bapa. Dia memberi kesaksian tentang apa yang Dia lihat pada Bapa. Ia menyampaikan firman dan ajaran Bapa (Yoh 3:34; 8:28). Ia sendiri adalah firman itu (Yoh 1:1, 14). Tetapi orang Israel tidak percaya. Bicara tentang hal ihwal duniawi saja, orang tidak percaya. Apalagi kalau hal-hal surgawi? Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:17), untuk melawan dunia (Yoh 7:7) dan membela Bapa serta diri-Nya sendiri sebagai utusan Bapa (Yoh 3:11, 31-32). Pada gilirannya Bapa memberi kesaksian membela Anak (Yoh 5:31-37; 8:18).
Bukankah ini pun menjadi tantangan bagi kita sekarang di Indonesia? Kita hidup dalam masyarakat majemuk. Bagaimana kita dapat memberi kesaksian tentang iman kepercayaan kita, tentang Kristus dan Bapa? Bukankah kita merasa risi dan kikuk berhadapan dengan golongan lain? Pada akhirnya bisa ditebak: kita menjadi apatis, atau menjadi sangat fanatik, bukan? Tidak tertutup kemungkinan, akhirnya kita pindah agama. Maka jauh lebih bijak, bila kita tekun mendalami iman kita agar dapat bersaksi. 09042013
Agak mirip dengan situasi pembicaraan Yesus dengan Nikodemus dalam Yoh 3:7-15. Yesus berbicara tentang apa yang diketahui-Nya dari Bapa. Dia memberi kesaksian tentang apa yang Dia lihat pada Bapa. Ia menyampaikan firman dan ajaran Bapa (Yoh 3:34; 8:28). Ia sendiri adalah firman itu (Yoh 1:1, 14). Tetapi orang Israel tidak percaya. Bicara tentang hal ihwal duniawi saja, orang tidak percaya. Apalagi kalau hal-hal surgawi? Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:17), untuk melawan dunia (Yoh 7:7) dan membela Bapa serta diri-Nya sendiri sebagai utusan Bapa (Yoh 3:11, 31-32). Pada gilirannya Bapa memberi kesaksian membela Anak (Yoh 5:31-37; 8:18).
Bukankah ini pun menjadi tantangan bagi kita sekarang di Indonesia? Kita hidup dalam masyarakat majemuk. Bagaimana kita dapat memberi kesaksian tentang iman kepercayaan kita, tentang Kristus dan Bapa? Bukankah kita merasa risi dan kikuk berhadapan dengan golongan lain? Pada akhirnya bisa ditebak: kita menjadi apatis, atau menjadi sangat fanatik, bukan? Tidak tertutup kemungkinan, akhirnya kita pindah agama. Maka jauh lebih bijak, bila kita tekun mendalami iman kita agar dapat bersaksi. 09042013
No comments:
Post a Comment