Saturday, April 6, 2013

Tanda Pengenal


Saya tidak percaya, Romo. Itu bukan kepribadian suami saya yang sesungguhnya. Ia penuh perhatian pada keluarga. Tiap hari ia selalu menanyakan keadaan anak-anak. Kepada saya diperingatkan supaya jaga anak-anak dan jaga diri baik-baik. Saya kenal sungguh suami saya. Tapi sekarang sudah lain sekali. Mungkin isu tentang ada wil itu benar. Masa, telepon tidak diangkat-angkat. BBM tidak pernah dijawab. Tidak biasa begini. Berubah total. Ia bukan yang dulu lagi. Demikian curhat seorang teman di fb tentang suami yang sudah buka usaha di kota lain. Ada tanda pengenal khusus. Suaminya penuh perhatian pada keluarga. Jika identitas ini hilang, maka ia bukan suami yang dulu lagi.

Tanda pengenal, kita temukan juga dalam Yoh 20:19-31. Yesus yang bangkit memperkenalkan diri kepada para murid. Para murid perlu diyakinkan. Dia yang mati di salib itu sudah bangkit. Lihat saja tangan yang dipaku dan lambung yang ditombak. Inilah identitas Yesus yang bangkit. Kalau tidak ada tanda penyaliban, mungkin saja hantu. Yesus yang dengan tanda penyaliban itulah menyampaikan salam damai kepada para rasul. Sepertinya Ia sudah lupa sama sekali. Tidak ada masalah yang terjadi sebelumnya. Pada hal mereka lari meninggalkan-Nya dalam penderitaan. “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh 20:19). Para rasul pasti merasa plong. Tidak hanya itu. Dahulu Ia biasa membela dan melindungi mereka terhadap para pemimpin Yahudi. Sekarang Ia sudah ada lagi. Maka tidak perlu takut lagi terhadap musuh bebuyutan itu. Roh, semangat damai sejahtera ini harus mereka teruskan juga kepada orang lain. Karena itu Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:23). Inilah identitas Yesus yang bangkit. Dengan tanda penyaliban, rela memberikan pengampunan dan mewariskannya dalam Gereja, yang didirikan-Nya. Apakah semangat pengampunan-Nya ini diwarisi juga para pengikut-Nya zaman ini? Perhatikan saja! Hanya karena masalah kecil, kita sudah tidak mau omong lagi dengan orangnya. Lalu jadi pendendam. Lebih tragis lagi, sudah bertahun tahun tidak menerima Sakramen Pengakuan. Toh, masih tetap mengaku pengikut Kristus. Aneh, bukan? 07042013

No comments:

Post a Comment