Belum ada pekerjaan tetap. Bagaimana
menghidupi keluarga? Tapi juga soal harga diri, bukan? Masalah inilah
yang menggelisahkan salah seorang teman saya selama ini. Ia sudah coba
kerja di LSM, terjun ke dunia politik dan menjadi guru tidak tetap.
Semuanya tidak memberikan suatu jaminan pasti. Ijasah sarjana saja tidak
bisa diandalkan. Biar ada lowongan kerja harus ada koneksi. Terakhir ia
turut mendaftar penerimaan calon
anggota Bawaslu. Itu pun baru diketahuinya pada hari terakhir. Jam 16.00
hari itu ditutup. Repotnya, tinggal tiga jam saja. Ia harus memasukkan
semua persyaratan. Ia tidak mengenal siapa-siapa di kantor-kantor yang
harus memberi surat keterangan. Surat keterangan itu pun tidak
cuma-cuma, bukan?. Uang di kantong hanya duapuluh lima ribu rupiah. Apa
cukup? Di saat itulah baru ia teringat akan Tuhan. Sebelum ke luar rumah
ia berdoa. Mohon Tuhan bantu. Kirim orang mendahuluinya. Ternyata
benar. Di semua kantor yang ia datangi, selalu ada orang yang sangat
bersahabat. Malahan untuk menutupi kekurangan uang, ada juga yang
memberikannya seratus ribu rupiah. Urusan lancar. Persyaratan dimasukkan
pada waktunya. Ia makin percaya. Tuhan sungguh hadir dan menolong.
Kesadaran akan hadirnya Tuhan kita temukan juga dalam Yoh 21:1-14. Petrus dan kawan-kawan berusaha menangkap ikan. Semalam suntuk mereka berusaha keras. Tetapi sia-sia. Mereka tidak menangkap seekor pun. Hari mulai siang. Apa yang mau dibawa pulang untuk anak isteri? Di tengah sia-sianya usaha dan kegelisahan itulah, Yesus tampil. Tanpa diketahui dan disadari seorang jua pun. Yesus memberi petunjuk dari jauh. Petrus dan kawan-kawan mengikuti petunjuk itu. Hasilnya? Luar biasa! Banyak sekali ikan yang ditangkap. Pada saat itulah baru murid yang dikasihi Tuhan sadar dan berseru: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Rupanya inilah kebiasaan kita pada umumnya. Waktu susah baru teringat akan Tuhan. Begitu pula segera sesudah ke luar dari kesulitan. Sesudah itu, biasa-biasa lagi. Dalam keadaan bahagia kita lupa kembali, bukan? Inikah manusia berbudaya? 14042013
Kesadaran akan hadirnya Tuhan kita temukan juga dalam Yoh 21:1-14. Petrus dan kawan-kawan berusaha menangkap ikan. Semalam suntuk mereka berusaha keras. Tetapi sia-sia. Mereka tidak menangkap seekor pun. Hari mulai siang. Apa yang mau dibawa pulang untuk anak isteri? Di tengah sia-sianya usaha dan kegelisahan itulah, Yesus tampil. Tanpa diketahui dan disadari seorang jua pun. Yesus memberi petunjuk dari jauh. Petrus dan kawan-kawan mengikuti petunjuk itu. Hasilnya? Luar biasa! Banyak sekali ikan yang ditangkap. Pada saat itulah baru murid yang dikasihi Tuhan sadar dan berseru: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Rupanya inilah kebiasaan kita pada umumnya. Waktu susah baru teringat akan Tuhan. Begitu pula segera sesudah ke luar dari kesulitan. Sesudah itu, biasa-biasa lagi. Dalam keadaan bahagia kita lupa kembali, bukan? Inikah manusia berbudaya? 14042013
No comments:
Post a Comment