Wednesday, May 1, 2013

Tinggal dalam KasihNya

Sorotan matanya tajam. Tatapannya seakan-akan tidak berpindah. Tetap diarahkan ke wajah anak muda yang duduk di depannya. Bicaranya singkat dan sangat serius. Engkau harus kuat dalam iman. Rajin-rajinlah berdoa. Setia ke gereja pada hari Minggu. Jika tidak, maka engkau akan terseret ikut agama isterimu. Lalu bagaimana dengan anak-anakmu nanti? Berlakulah baik terhadap isteri. Tunjukkanlah teladan yang baik di rumah. Lama-kelamaan isterimu akan mengikuti engkau juga. Masa dia tidak tergerak. Tinggal di lingkungan mayoritas Katolik, koq. Bapa dan mama bahagia, kalau kamu bahagia. Tetapi kalau keluargamu hancur gara-gara agama masing-masing,….ia berhenti sejenak. Matanya menatap ke langit-langit. Terlihat jelas air mata tertahan di pinggir kelopak matanya. Kemudian ia melanjutkan, orangtua mana akan bahagia, kalau anaknya tidak bahagia? Saya yang mendengarkan dari tadi, ikut hanyut dalam keharuan. 

Suasana seperti ini terasa sekali dalam Yoh 15:9-11. Tak lama lagi Yesus berpisah dengan para murid-Nya. Ia sangat mengasihi mereka. Pada saat seperti ini, kasih-Nya itu diberikan sehabis-habisnya. Itu pun belum puas rasanya. Ia mau mengasihi mereka, sama seperti Bapa telah mengasihi Dia. Para murid hendaknya tetap tinggal dalam kasih-Nya ini. Inilah yang menjadi kebahagiaan dan sukacita Yesus. Kasih-Nya murni tanpa pamrih, tanpa batas. Bukankah kita ini pun para murid-Nya? Bagaimana kita dapat tinggal dalam kasih-Nya, selagi kita tidak bisa keluar dari lingkaran cinta diri yang tak berujung? 02052013

No comments:

Post a Comment