Wednesday, May 22, 2013

Menjadi Berkat Bagi Orang Lain

Pernah bertemu penyandang cacad?  Kesan pertama rasa iba bercampur rasa ngeri dan menakutkan. Itulah pengalaman pertama saya di Panti Asuhan Budi Luhur, Malang. Muncul juga rasa hormat yang tinggi kepada para perawat yang mengabdikan diri untuk karya kemanusiaan yang luhur dengan iman dan penuh kasih sayang. Ada aneka ragam penyandang cacad. Ada yang giginya di luar sebab bibir sumbing, yang berkepala besar tanpa daun telinga, yang mata melotot dengan hidung lekuk serata bibir atau yang berjalan hanya dengan bantuan kedua tangan, sebab tak ada kaki, atau yang punya tangan tanpa jari dan yang buta. Semua mereka adalah penyandang cacad bawaan sejak lahir. Ini bukan kesalahan orang cacad itu. Bukan pula salah bunda mengandung (bdk Yoh 9:2-3). Secacad apa pun seseorang dia punya martabat dan hak hidup dan keselamatan yang sama. Dia harus dihormati sebagai manusia. 

Lain halnya dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Mrk 9:41-50. Kedengarananya keras sekali. Orang yang menyesatkan anak kecil yang percaya, lebih baik dibuang ke laut. Begitu pula dengan tangan dan kaki yang menyesatkan. Dikudungkan saja kalau mau selamat. Kalau mata menyesatkan? Dicungkil saja. Mengapa Yesus begitu keras terhadap penyesatan ini? Karena keselamatan itu tadi. Demi keselamatan inilah Yesus mati di salib. Lalu kita sendiri? Tiap kita harus bertanggungjawab terhadap keselamatan sesama. Kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Dengan demikian kita menyelamatkan diri sendiri juga. Bukan mencari selamat sendiri dan menjerumuskan orang lain. Lebih celaka lagi, jika dengan tahu dan mau kita menyesatkan diri sendiri. Siapa saja yang tersesat tentu tak pernah sampai ke tujuan, yakni keselamatan. Maka teladan yang baik dalam kata dan perbuatan, yang membawa orang kepada keselamatan, menjadi sangat penting, bukan? 23052013

No comments:

Post a Comment