Monday, May 20, 2013

Siapa yang terbesar di antara Kita?

Saya baru saja ditunjuk sebagai Rektor/Preses Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui Kupang. Belum ada pelantikan apalagi serah terima. Jadi sebenarnya belum rektor sesungguhnya. Tapi hp saya tak putus-putusnya berdering. Orang ramai sekali menyampaikan ucapan selamat. Saya menjadi ekstra sibuk. Itu terjadi lima tahun yang lalu. Saya heran. Mengapa sampai jadi begini? Kepada dua tiga orang penelpon saya bertanya. Ada apa sebenarnya? Mereka menjawab sambil tertawa. Romo mendapat kenaikan pangkat. Saya heran. Sudah lebih dari dua puluhan tahun saya menjadi ketua Komisi Kateketik. Tidak ada seorang pun memberikan ucapan selamat. Tapi kali ini? Belum apa-apa, sudah kebanjiran ucapan selamat. 

Pangkat dan kekuasaan memang selalu menarik. Orang kejar menjadi orang nomor satu di pusat, propinsi atau kabupaten/kota. Bukankah semuanya serba dilayani? Kaca mata dan teks pidato, yang mungkin disusun orang lain pun, harus dibawa seorang ajudan. Siapa tak suka? 

Orang sekitar Yesus pun mengincar kekuasaan yang sama. Yesus baru saja berkata. Ia akan menderita dan mati. Lalu pada hari ketiga Ia akan bangkit. Para murid mulai hitung-hitung. Tentu ada vacum kekuasaan. Mereka berebutan mengisi lowong. Siapa yang terbesar di antara mereka. Itu dilaporkan dalam Mrk 9:30-37. Terjadi pertengkaran secara terbuka di tengah jalan. Pasti seru dan hangat. Yesus bukan tak tahu. Ia pasti prihatin. Tapi Ia tak mau menambah keruh. Setelah sampai di rumah barulah Yesus angkat bicara. Dalam kerajaan-Nya, yang terbesar harus menjadi pelayan. Apa artinya pangkat kalau tidak ada pelayanan? Pangkat dan jabatan apa pun yang diemban, merupakan kesempatan untuk mengabdi. Bukan untuk sebuah etalase pajangan kekuasaan. Kata orang bijak, kekuasaan cenderung korupsi dan menindas. Itu kalau tidak dilandasi semangat mengabdi. Maka kebesaran seseorang diukur dari semangat pengabdian dan karya pelayanannya bagi kekesejahteraan bersama, bukan? 21052013

No comments:

Post a Comment