Wednesday, May 15, 2013

Ut Omnes Unum Sint!

Hari minggu itu saya pulang merayakan Ekaristi di stasi pedalaman. Saya singgah sebentar di rumah ponakan. Mau kunjungi kakak yang sakit. Ada yang berbisik. Pastor baru saja beri minyak suci. Saya kaget. Cepat-cepat saya ke kamarnya. Ia sedang bergulat dengan maut. Ia melihat saya. Mulutnya komat-kamit. Suaranya sudah tidak jelas. Ia melihat anak-anak dan isteri. Mulutnya tetap komat-kamit. Saya menganggukkan kepala. Saya memahami maksudnya. Jaga anak isterinya. Itu sudah diingatkannya sewaktu masih sehat. Orangtua siapa yang mau anak-anaknya bermusuhan? Semangat pesaudaraan harus digalang. Kerukunan terus dipupuk. Nasihat supaya kakak menjaga adik, kalau perlu mengalah, terus-menerus diberikan. Maksudnya tidak lain daripada tetap memelihara persatuan. 

Suasana serupa sangat terasa dalam Yoh 17:20-26. Yesus berdoa untuk persatuan tidak hanya bagi para murid. Ia berdoa juga bagi semua yang percaya kepada-Nya. Ia berdoa supaya kita bersatu. Tidak hanya antara kita, tetapi bersatu juga dengan Dia dan Bapa. Jika demikian maka seharusnya tak perlu diragukan persatuan umat kristiani, bukan? Dari pihak Allah, yes. Dari pihak manusia? Tunggu dulu. Orang bilang, sebanyak rambut di kepala, tentu yang bukan botak, sebanyak itu pula pendapat. Tidak heran, persatuan menjadi sulit. Tanpa persatuan kita menjadi skandal dan batu sandungan bagi orang lain. Dunia percaya kepada Kristus justru karena persatuan umat kristiani. Bukankah persatuan menjadi kebanggaan kita juga? Mau contoh? Kita sering membanggakan persatuan organisatoris mulai dari KUB/KBG atau stasi di pelosok sampai ke pusat kekuasaan di Roma. Perayaan liturgi sama. Hukum kanonik berlaku di mana-mana. Hanya sebatas inikah persatuan yang didoakan Kristus? Tentu tidak. Apa gunanya kita bersatu dalam perayaan liturgi, tetapi di luar perayaan kita tidak peduli terhadap nasib sesama? Jujurkah kita mengaku bersalah pada awal perayaan liturgi dan katanya mau bertobat, tapi di luar gereja kita tetap dendam? Perayaan iman yang mempersatukan kita dengan Tuhan, seharusnya disusul dengan kesaksian iman yang menghidupkan persatuan antar kita, bukan? 16052013

No comments:

Post a Comment