Tuesday, May 14, 2013

Membuka Ruang Bagi TUHAN

Ia rajin. Di kelas ia selalu duduk di depan. Penuh perhatian waktu kuliah. Hampir tidak pernah ia bertanya. Dia mengerti atau tidak bahan kuliah, entahlah. Saya kenal baik kemampuannya. Dia diluluskan karena pertimbangan lain. Bukan karena kepandaiannya. Itu terus terang saya katakan kepadanya sesudah yudisium. Dia tidak tersingung. Saya menganjurkan supaya dia menjadi katekis di pedesaan saja. Ia tidak mengiakan. Tidak juga ia membantah. Waktu berjalan terus. Kami tidak bertemu cukup lama. Pada suatu waktu dia mengundang saya. Untuk apa? Saya minta Romo turut saksikan pentasan Natal anak-anak. Katanya polos dan lugu. Ternyata, luar biasa. Anak-anak sendiri beraksi. Mulai dari ucapan selamat datang, persiapan panggung., pentasan, sampai akhir pentasan. Pesannya jelas. Yesus tidak menuntut banyak dari orangtua-Nya. Ia lahir di tempat binatang tapi disenangi, bukan hanya para gembala tapi juga para malaekat. Saya kagum. Ternyata ia yang tidak mampu di kelas sangat berhasil di antara anak-anak di KUB dalam kota. Saya disadarkan. Selalu masih terbuka ruang bagi Tuhan untuk melaksanakan karya-Nya lewat orang yang dipanggil-Nya. Semakin orang mengakui ketakmampuannya semakin nyata karya Allah. 

Hal serupa terasa dalam Yoh 16:12-15. Apa yang dikatakan Yesus, tidak ditangkap seluruhnya oleh para murid. Sekarang Dia harus kembali kepada Bapa. Tapi Roh Kudus akan memimpin mereka memahami seluruh kebenaran. Roh Kudus memberitakan keadaan baru. Apa itu? Persekutuan umat yang dihasilkan kematian dan kebangkitan Yesus. Semangat persaudaraan dalam Kristus tidak hanya digalang di kalangan sendiri. Tapi terbuka lebar bagi orang luar, termasuk musuh sekalipun. Terbukti dalam seluruh sejarah Gereja sampai sekarang, bukan? Lalu, masih terbuka juga ruang bagi Tuhan untuk berkarya dalam hidup dan kegiatan kita? 15052013

No comments:

Post a Comment