Monday, May 27, 2013

Apa yang Kita Peroleh dengan Mengikuti DIA?

Kami ini hanya tunggu upah yang besar di surga, Romo. Kata seorang pegawai swasta kepada saya baru-baru ini. 

Mengapa? Tanya saya. Di dunia ini tidak ada upah? Atau gaji terlalu kecil? 

Ya Romo. Bayangkan saja! Sudah hampir dua puluhan tahun jadi pegawai tetap. Gaji cuma satu juta dua ratus ribu. Lalu dibilang sudah sesuai dengan UMR. Itu cocok untuk pegawai kontrakan. Tapi ini pegawai tetap ko omong UMR. Saya tidak mengerti. Katanya sambil mengetuk-ngetuk dahinya. 

Omong kepada bosmu. Kata saya.

Eh percuma Romo. Sudah omong berulang kali. Hasilnya hanya tambah kecewa saja. Lebih baik hibur diri, nanti upah besar di surga. 

Betul itu. Kata saya. 

Betul apa? Ia balik bertanya. Anak-anak tidak perlu makan? O jadi sekarang anak-anak tidak makan? Memang makan. Tapi kita harus putar otak setengah mati, katanya. 

Itu gunanya Tuhan beri otak, supaya dipakai. Kalau tidak, otak jadi karat. Kata saya lagi. 

Eh sudah saja. Omong dengan Romo ini tidak akan habis.
***

Barangkali pegawai itu mengutip ayat di atas dalam nada sinis. Akan tetapi tidak akan mengurangi kebenaran kata-kata Yesus dalam Mrk 10:28-31. Pada mulanya Petrus menanggapi pernyataan Yesus tentang sulitnya orang kaya masuk Kerajaan Allah. “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau” (Mrk 10:28). Mungkin Petrus takut bayangan. Yesus menyatakan dengan sangat pasti. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu pada masa ini juga akan menerima seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai banyak penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup kekal” (Mrk 10:29-30). 

Yesus bukan hanya asal omong. Demi Dia, para murid perdana dianiaya dan lari ke luar Yerusalem. Rumah, dan ladang ditinggalkan. Apakah mereka terlantar karena meninggalkan semuanya itu? Bisa dijajaki dalam Kisah Para Rasul. Terbentuk banyak komunitas baru. Makin banyak anggota keluarga baru. Barisan para misionaris tak henti-hentinya menyusul. Mereka juga punya pengalaman yang serupa. Tidak hanya itu. Kebahagiaan dan banyak kebutuhan lain sudah terpenuhi. Tidak tunggu sampai di dunia seberang. Pengorbanan demi Tuhan tak mungkin sia-sia. Rupanya kita perlu merubah motivasi dalam segala bidang kegiatan. Bukan demi diri sendiri dan anak isteri tapi demi Dia. Yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi mudah. Tidak percaya? Bisa dicoba sendiri, bukan? 28052013

No comments:

Post a Comment