Tuesday, September 3, 2013

Ibadat yang Sejati

Tunggu air sudah sampai di batang leher, baru kamu cari Ketua KUB. Hari biasa kamu masabodoh saja. Waktu doa kelompok, katekese umat dan latihan koor, saya tidak pernah lihat kamu punya muka. Tapi kalau perlu surat rekomendasi untuk pembaptisan anak, kamu datang untuk paksa-paksa saya. Demikian kata ketua KUB kepada salah seorang anggota kelompoknya. Habis, saya lihat kamu yang rajin doa dan misajuga sama saja dengan kami yang tidak rajin ini. Jawab bapa itu, tetapi dengan suara kecil sehingga tidak terdengar Ketua KUB. Itu berarti doa dan kegiatan rohani lainnya tidak berdampak apa-apa dalam hidup harian. Ada jarak antara kegiatan rohani dan kegiatan sehari-hari. Lain halnya yang kita temukan dalam Luk 4: 38-44. Setelah melakukan kegiatan di rumah ibadat, Yesus langsung menuju rumah Simon. Jaraknya dekat sekali. Hanya beberapa langkah saja. Apa yang diwartakan di rumah ibadat langsung dilaksanakan di rumah Simon. Di rumah ibadat, tentu saja Yesus menyampaikan firman Allah yang menyelamatkan. Keselamatan itu langsung terjadi atas ibu mertua Simon yang sedang sakit. Ia disembuhkan oleh Yesus. Tidak hanya itu. Biarpun matahari sudah terbenam, Yesus tetap meyembuhkan para penderita yang dibawa kepada-Nya. Setan-setan diusirnya dari orang yang kerasukan. Keselamatan yang diwartakan dalam ibadat langsung dilaksanakan di masyarakat. Tidak ditunda sampai terlupakan atau terabaikan. Beda dengan para pemimpin Yahudi. Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang di rumah ibadat. Tapi di luar sana, mereka menelan rumah janda-janda (Luk 20: 47). Ibadat tak berdampak dalam peri laku di tengah masyarakat. Begitulah para ahli Taurat dan orang Farisi yang dikritik Yesus. Bagaimana kita? 04092013

No comments:

Post a Comment