Tuesday, September 3, 2013

Apa kita Mau mengikuti Dia?

Saudara sepupu saya rada-rada aneh. Sesudah tamat SMP ia tidak mau melanjutkan sekolah. Ia berdalih mau menolong mamanya kerja di kebun. Bapanya meninggal ketika kami di kelas lima Sekolah Rakyat (SR). Tetapi sesudah delapan tahun menjadi petani ia mengikuti kursus persamaan guru. Waktu itu memang sangat kurang tenaga guru untuk mengajar di SR. Setelah selesai kursus ia ditempatkan di salah satu SR. Letaknya agak jauh dari kampung kami. Yang menjadi kepala sekolah waktu itu adalah teman kelasnya di SR. Sepupu saya tidak mau menjadi guru bantu di sekolah itu. Maunya menjadi kepala sekolah. Alasannya, temannya itu dulu biasa nyontek pekerjaannya. Masa, ia menjadi guru bantu pada orang yang lebih bodoh. Lalu ia mengadu nasib ke Sabah. Kerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Di tempat baru ini pun ia gagal. Ia tidak mau menjadi buruh tapi mau menjadi mandor. Kakak saya mengatakan kepadanya, ke mana saja engkau pergi, engkau akan gagal. Kalau mau menjadi besar, engkau harus merangkak dengan susah payah dari bawah. Masa, engkau mau langsung duduk di atas. Perjalanan hidup sepupu saya bertolak belakang dengan apa yang tersirat dalam Luk 9: 28b-36. Sementara berdoa di atas gunung, roman muka Yesus berubah memancarkan kemuliaan. Pakaian-Nya pun menjadi putih berkilauan. Ia sedang terlibat dalam pembicaraan serius dengan dua tokoh agung masa lampau, Musa dan Elia. Topik yang dibahas pun tidak main-main, tentang kepergian-Nya ke Yerusalem. Tujuan kepergian-Nya sudah lama sekali direncanakan Allah dan tersurat dalam Taurat Musa dan kitab nabi-nabi. Ia pasti mengalami penolakan oleh para imam, tua-tua dan seluruh bangsa-Nya sendiri. Ia akan ditinggalkan para pengikut-Nya, dianiaya sampai mati di salib. Tapi itu bukanlah akhir melainkan jalan untuk memasuki kemuliaan dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Dengan jalan ini Ia akan membebaskan kita dari kekuasaan iblis dan diangkat untuk melihat kemuliaan-Nya. Allah sendiri menyatakan kepada para murid, Petrus dkk bahwa Yesus yang melaksanakan rencana-Nya ini adalah Anak-Nya. Dengarkanlah Dia. Kita memang sudah sering mendengar tentang jalan sengsara yang ditempuh-Nya untuk masuk dalam kemuliaan. Tapi apakah kita mau mengikuti-Nya? Kebanyakan kita lebih suka memilih jalan pintas seperti sepupu saya. Selalu gagal mencapai kebahagiaan sejati, bukan? Lalu apa? 06082013

No comments:

Post a Comment