Sunday, November 10, 2013

Berani Bangkit Setiap Kali Jatuh

Aksi bersih-bersih hampir selalu menuai pro kontra. Ingat pembersihan pasar Tanah Abang di Jakarta? Jokowi yang biasanya pro rakyat tertantang. Yang berjualan kan rakyat kecil. Jadi seharusnya tempat berjualannya tak dibongkar. Tapi bagaimana dengan kemacetan lalu lintas Jakarta, karena orang berjualan di badan jalan? Mereka ditertibkan untuk berjualan di tempat yang layak. Akhirnya diterima baik. Tak ada pihak yang dirugikan. Situasinya lain dari Yoh 2: 13-25. Yesus turut merayakan Paskah di Bait Allah. Dia kaget seperti tersengat kalajengking. Orang berjualan di tempat suci. Kata-Nya, ini rumah Bapa-Ku. Masa, kamu jadikan pasar? Ia segera beraksi. Semua pedagang diusir. Situasinya jadi sangat kacau. Lembu, kambing, domba berontak. Para pemilik gelisah. Merpati yang mau dijual meronta-ronta beterbangan. Meja para penukar uang dijungkir balikkan. Uang berhamburan. Para pemuka agama Yahudi tentu saja sangat tersinggung. Bait Suci kan urusan mereka. Mereka saja tidak bertindak sebrutal itu. Lalu Yesus, orang udik ini mendapat hak dari mana untuk berbuat demikian? Yesus menjawab tantangan itu. “Runtuhkanlah Bait ini, dan dalam tiga hari, Aku akan membangunnya” (Yoh 2:19) Tentu orang Yahudi terperangah. Tapi yang dimaksudkan Yesus ialah Bait tubuh-Nya. Itu terjadi di Yerusalem. Bagaimana di gereja kita? Katanya rumah Tuhan. Tapi sikap dan tingkah laku kita hampir tidak berbeda dengan di pasar, bukan? Orang bawa gula-gula untuk anak. Kulitnya dibuang di mana kalau bukan di lantai? Begitu juga tissu, bukan? Yang lain ngobrol dengan teman di samping seperti di pasar. Memang tidak bisa ditunda, ya? Menurut St Paulus “Kita adalah bait dari Allah yang hidup” (2Kor 6: 16). Maka kita harus saling menjaga. Jangan sampai kita menjadi keranjang sampah karena rupa-rupa kejahatan dalam hati, pikiran, kata-kata dan perbuatan kita sendiri. Jika kita jatuh dan jatuh lagi, beranikah kita bangkit lagi setiap kali? 09112013.

No comments:

Post a Comment