Monday, March 25, 2013

Siapa [lagi] yang menyangkal Tuhan?


Tentu masih ingat ceritera Malingkundan, anak tunggal dari Minangkabau. Dasar jiwa avontuur. Ia meninggalkan mama yang sudah janda di kampung halaman. Ia mau mengadu nasib ke negeri orang. Mujur sekali suratan tangannya. Ia menjadi kaya raya di negeri orang. Tapi bukan hasil jarahan atau korupsi. Beristeri cantik lagi. Meski begitu, rasa rindu mau pulang kampung terus menggoda. Siapa mengira, inilah awal kehancurannya? Ia datang ke kampong halaman dengan kapal pribadi. Gempar seluruh kampung. Siapa percaya, bahwa kapal mewah itu milik Malingkundan. Masa, milik anak miskin yang dahulu itu! Memang, lain dahulu, lain sekarang. Nasib telah mengubahnya. Teman-teman sepermainan di masa kecil ragu-ragu. Apa betul dia ini Malingkundan? Tetapi mamanya tidak ragu sedikit pun. Ia mengulurkan kedua tangannya, untuk merangkul anaknya. Malingkundan malu pada isterinya. Ia bersumpah, tidak mengenal perempuan miskin yang kurus itu. Dengan sangat kasar ia mengusir mamanya sendiri. Sambil menggandeng isterinya, ia kembali ke kapal dan berlayar pulang. Tetapi malang tak dapat ditolak. Badai dan gelombang mengamuk. Kapal pecah. Malingkundan bersama isteri dan semua harta kekayaannya ditelan laut. Begitulah nasib anak durhaka,yang menyangkal mamanya sendiri. Tragis sekali, bukan?

Lain Malingkundan, lain Simon Petrus dalam cerietra Yoh 13: 36-38. Ia sesumbar. Yang lain boleh lari. Tetapi Simon Petrus ini, (mungkin sambil membusungkan dada) tidak akan lari sejengkal pun. Nyawa pun ia rela serahkan demi Tuhan. Tetapi Tuhan berkata, “Nyawamu? Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali” (Yoh 13: 38). Ternyata benar. Di hadapan seorang hamba perempuan, Petrus tidak berani mengaku mengenal Yesus. Tiga kali beruntun Petrus menyangkal mengenal Yesus. Mengapa? Situasinya sedang gawat. Yesus sementara diadili. Salah-salah dia ditangkap dan diadili juga. Siapa mau? Kita tidak lebih baik daripada Petrus, Paus pertama itu. Mau bukti? Bila sendirian di tengah orang banyak yang tidak dikenal, kita takut atau malu membuat tanda salib, bukan? Gara-gara pacar, kita tak segan-segan menanggalkan agama. Apalagi dengan iming-iming pangkat dan jaminan kemewahan lain. Tetapi apa kata Tuhan tentang penyangkalan kita ini? “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya”? (Mrk 8:36)

No comments:

Post a Comment