Buah
jatuh tak jauh dari pohonnya. Itu kata peribahasa Melayu. Perumpamaan
ini melukiskan kedekatan dan kemiripan anak dengan orangtuanya.
Orang
usil berkata, kecuali pohonnya tumbuh di pinggir jurang. Buahnya pasti
terpelanting jauh di bawah dasar jurang. Ya, tidak semua anak menyerupai
orangtuanya, bukan? Ada orangtua yang baik sekali. Tapi anak-anaknya
tidak ada yang jadi manusia. Pasti kita kenal
satu dua keluarga di sekitar kita sebagai contoh.
Tiga hari yang lalu,
kita mendengar Yesus berceritera tentang anak yang hilang (Yoh
15:11-32). Anak bungsu pelisir ke luar negeri. Ia menikmati hidup dengan
para pelacur. Anak sulung lebih tragis lagi. Hilang di dalam rumah
sendiri. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia sesungguhnya seorang anak.
Mentalnya saja, mental seorang pekerja yang menunggu upah dan hadiah.
Tidak heran, kalau ia tidak turut menikmati kebahagiaan pesta dalam
keluarga besar ayahnya. Ia tetap tinggal di luar. Pada hal bapanya luar
biasa baik.
Dalam Yoh 5:17-30, Yesus bicara blak-blakan. Bukan lagi
dengan perumpamaan. Bukan pula tentang buah yang jatuh di sekitar
pohonnya. Tetapi tentang persatuan-Nya yang erat mesra dengan Bapa. Apa
yang dikerjakan Bapa, dikerjakan Anak dan sebaliknya. Yang menghormati
Anak, menghormati Bapa. Singkatnya, Bapa dan Anak adalah satu. Yesus
juga inginkan persatuan seperti itu dengan kita. Sama seperti pokok
anggur dengan ranting-rantingnya (bdk Yoh 15:1-7).
Dalam Ekaristi, Ia
memberikan diri-Nya sendiri. Ia berdoa kepada Bapa agar persatuan itu
dianugerahkan kepada semua kita (bdk Yoh 17:20-21). Persatuan yang
membawa manfaat luarbiasa bagi kita. Hidup-Nya, daya juang dan daya
tahan-Nya sendiri mengalir di dalam diri kita. Apa itu mungkin? Mengapa
tidak? Rasul Paulus sudah mengalaminya. Ia bersaksi: “Aku hidup, tetapi
bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di
dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah
hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:20). Lalu mengapa kita bertualang
dalam kenikmatan yang membawa nista? Atau meringkuk dan mengeluh
sendirian di bawah tindihan derita dan sengsara? Dasar, orang tak tahu
untung. 13032013
No comments:
Post a Comment