Saturday, March 16, 2013

Minggu Prapaskah V

Sudah dengar? Pepatah tentang musuh bebuyutan. Biasanya orang katakan, seperti anjing dengan kucing. Dalam permusuhan, tentu ada yang lebih kuat dan yang lain lebih lemah. Saya pernah bawakan ini dalam katekese umat. Ada yang bilang anjing lebih kuat dan lebih galak. Yang lain bilang kucing. Masing-masing orang menjawab berdasarkan pengalaman. Saya pilih kucing. Lihat saja tai anjing di jalan. Menjijikkan. Orang yang lewat menutup hidung dan membuang ludah. Tapi siapa sudah lihat tai kucing? Sebelum buang kotoran, kucing korek lubang. Sesudahnya, cepat-cepat ia menutup lubang itu. Tidak ada yang tahu. Tak ada bau yang merebak, bukan? 

Begitu juga dengan dosa orang kecil. Dalam sekejap semua orang sudah tahu dan merasa jijik. Tetapi kebejatan orang besar…ditutup dengan sangat rapih. Pada hal jauh lebih besar dan lebih menjijikkan. Hanya kekuatan sekaliber KPK-lah bisa membongkarnya. Sama saja dengan peristiwa dalam Yoh 8:1-11. Bayangkan! Pagi-pagi ahli Taurat dan orang Farisi menyeret seorang wanita. Ia tertangkap basah berbuat zinah. Ia dibawa kepada Yesus yang tengah mengajar orang banyak. Di muka orang banyak itulah dosanya dibeberkan. Andaikan orang itu adalah diri kita, atau ibu atau saudari kita, bagaimana rasanya, ya? Menurut hukum Taurat, wanita seperti ini harus mati dirajam dengan batu (bdk Ul 22:23-24). Bagaimana pendapat Yesus? Pertanyaan jebakan. Jika Yesus setuju, bagaimana dengan hukum cinta kasih? Katanya hukum terbesar. Jika bilang tidak boleh, maka Yesus melawan hukum Taurat. Maju kena, mundur kena. Yesus tidak habis akal. Ia tulis di tanah. Mereka terus mendesak. Yesus bangkit dan menjawab. Siapa yang merasa diri tidak berdosa, hendaklah dia melemparkan batu pertama. Lalu Yesus kembali menulis di tanah. Kini giliran ahli Taurat dan orang Farisi tersudut. Yesus koq dilawan? Satu demi satu mulai dari yang tertua, meninggalkan perempuan itu. Mereka sadar akan dosanya sendiri. Mereka mengurungkan niat untuk mengeksekusi perempuan itu. Tinggal Yesus dan perempuan itu sendiri. “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau”? jawabnya: “Tidak ada, Tuhan”. Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. 

Luar biasa melegakan. Tuhan menolak dosa dan kejahatan. Tetapi Ia tidak menghukum orang berdosa dengan kematian. Ia memberinya kesempatan untuk bertobat. Belas kasih-Nya menggugah orang berdosa agar meninggalkan dosanya. Perlakuan tidak adil dan tidak manusawi kerap dialami perempuan. Tidak hanya dalam Injil tapi juga di rumah. Laki-laki kerap kali lebih keras terhadap perempuan daripada Tuhan sendiri. Mengapa, ya? 17032013

No comments:

Post a Comment